Jumat, 15 April 2016

Cerita cinta sejati pelaut

Pelaut Tanah Surga

Aku ingin bercerita tentang seorang pelaut,
Seorang pelaut yang punya cita-cita, mengarungi samudera, hingga ia menemukan sebuah pulau, pulau yang banyak disebut-sebut orang sebagai “tanah surga”,
Ia tak hidup seperti pelaut yang ingin ke tanah surga kebanyakan,
yang perjalanan menuju tanah surga dimulai dengan persiapan matang dari gubuk mereka,
yang awal perjalanan ditemani bapaknya hingga ia siap menerjang ganasnya samudera,
Tapi Ia memulai perjalanan dengan sampan mungil, seorang diri,
Kemampuan melautnya pun belum baik, karena ia bukan lahir dari bapak seorang pelaut yang dapat mengajaknya melaut tuk menjala ikan setiap harinya.
Ia belajar dalam setiap dayungnya di samudera,
Ia belajar menerjang ombak, bertahan dalam badai, hingga menangkap ikan tuk mengisi lambungnya,
Ia belajar berteman dengan bintang malam, pedoman petunjuk arah satu-satunya baginya, 
Ia belajar dalam setiap tegur sapa dengan pelaut lainnya,
Ia belajar menggali ilmu dari pasang laut hingga gelombang badai,
Ia belajar dalam perjalanan, karena masa kecilnya tidak tersentuh dengan cerita tentang tanah surga,
 
Ia menemukan arah dalam perjalanan, karena di masa kecilnya tak pernah telinganya terbiasa dengan kisah-kisah pelaut tangguh yang berhasil tiba di tanah surga,
Matanya meleleh semakin banyak cerita ia dengar di perjalanan tentang tanah surga,
Ia masih tidak tahu akankah ia masih bisa menjejak tanah surga saat ini,
Saat ia masih terbata dalam membentang layar, saat lengannya belum kuat menarik jangkar, atau matanya belum tajam membaca bintang,
Meskipun ia yakin penghuni langit kan membersamai dan selalu mendoakannya,
Lagipula penguat-penguat senantiasa datang bertambah dan menemani di perjalanan,
Karena tidak ada jalan singkat menuju tanah surga, yang ada adalah perjalanan sepanjang hayat mengarungi samudera,
Yang ia yakini mungkin hanya terus mendayung dan mendayung, dan berhenti mendayung saat dayungnya telah tergeletak di tanah surga,
 
 

Man Jadda Wajada

" Hanya Allah saja yang tahu apa yang kita fikirkan dan apa yg dialaminya. Tabah dan sabar menanti....Masih banyak perkara yang belum selesai. Ada tuntutan yang lebih utama yang perlu didahulukan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar